19 December 2024
eco1

11 September 2023 Taman Pendidikan Kanak – Kanak TK PKK Ngale mengadakan giat pelatihan Pewarnaan Kain dengan Metode Ecoprint  dengan peserta  dari Penilik TK, Guru, Murid dan Wali Murid (Guru TK 5 orang, Penilik 1 orang, Wali Murid dan Sisa/siswi TK masing-masing  51 orang). Kegiatan ini dalam ranga pelaksanaan Projek Profil Pelajar Pancasila (PS) TK PKK Ngale dengan tema “Imajinasi dan Kreatifitasku” melalui kegiatan cinta lingkungan sekaligus peringatan Hari Batik Nasional dengan Narasumber Dionysia Wahyu N, S.IP M.Si.

Sebagian dari kita pasti jarang mendengar kata ecoprint. Namun, bagi para pekerja industri tekstil kata ini mungkin merupakan suatu hal yang tak asing lagi. Ecoprint dapat diartikan sebagai teknik mencetak pada kain dengan menggunakan pewarna alami dan membuat motif dari daun secara manual yaitu dengan cara ditempel sampai timbul motif pada kain.

Teknik ini merupakan hasil perkembangan dari teknik ecodyeing, yaitu pewarnaan kain dari alam. Indiana Flint pada tahun 2006 mengembangkannya menjadi teknik ecoprint. Ketika itu, Flint menempelkan tanaman yang mempunyai pigmen warna dan menempelkannya pada kain yang berserat alami. 

Mengutip dari laman namiraecoprint.com, teknik pembuatan ecoprint mulai diperkenalkan di negara India awal tahun 2000 oleh India Flint, yaitu daun-daunan ditempet pada kain sutera atau wool kemudian digulung dan dimasukkan ke dalam steam.

Dalam proses ecoprint, dikenal dua teknik pewarnaan, yaitu teknik iron blanket dan teknik pounding. Dalam teknik iron blanket, langkah pertama yang dilakukan adalah mordanting (pembersihan kain dari kotoran). Proses mordanting ini sama saja seperti mencuci pakaian. Setelah itu, siapkan pewarna dari bahan alam dengan merendam dedaunan dalam larutan cuka. Hal ini bertujuan untuk mengeluarkan zat warna pada dedaunan dengan maksimal.

Lalu, setelah pewarna siap, bentangkan kain yang sudah dibersihkan dan tempelkan dedaunan yang sudah direndam dengan larutan cuka. Kemudian, gulung dengan pipa paralon lalu ikat dengan tali. Tahap terakhir, yaitu kukus kain yang telah diikat selama 2 jam.

Dalam  teknik pounding, proses dan cara pewarnaan kain sedikit berbeda dengan teknik iron blanket. Perbedaanya terletak pada dua tahap paling terakhir. Perbedaan pertama adalah pada teknik iron blanket menggulung kain menggunakan paralon untuk mengeluarkan warna daun pada kain, sedangkan pada teknik pounding memukul daun pada kain menggunakan palu kayu.

Perbedaan kedua yaitu pada teknik iron blanket, pengeringan dilakukan dengan mengukus kain selama 2 jam, sedangkan pada teknik pounding proses pengeringan dilakukan dengan menjemur kain  langsung di bawah sinar matahari. 

Dalam proses pembuatan ecoprint, tidak semua jenis kain bisa dipakai. Hanya kain dari serat alam lah yang bisa digunakan.  Kenapa hanya kain dari serat alam? Karena hal itu bertujuan untuk memudahkan penyerapan warna dari daun ke serat-serat benang.

Beberapa serat alami yang bisa digunakan antara lain adalah serat kapas (serat yang berasal dari biji tanaman ordo Malvales), serat linen (serat yang berasal dari tumbuhan rami), dan serat sutra (serat yang bersumber dari larva ulat sutra murbei). 

Ecoprint merupakan pewarnaan kain yang alami, ramah lingungan dan tidak ada efek samping bila digunakan,” imbuh Dion sapaan akrab Penggerak Swadaya Masyarakat pada Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Ngawi ini.